Kata Mutiara Ko Ahok


Mama kenalan sama WhatsApp

"Suk... maen lejen yu!"

Dikirimin pesan suara Whatsapp pas lagi di WC. Karena ga dibales, keponakan saya kemudian video call, saya tolak. Saya rasa itu tanggapan terbaik.

"Suk... jangan gitu dong. Marah."

Kalau saya jawab video callnya, ni anak umur 4 tahun bisa punya pengalaman buruk kan?

Pesan suara ini kemudian saya perdengarkan ke mama dan mama nanya, "Koq dia bisa?", "Dia koq ngerti", "Wa' (maksudnya saya) aja ga ngerti."

Itulah bedanya, anak milenial, dari kecil aja udah kenal sama internet. Selain itu, mama sering nanya kenapa saya bisa tau kabar2 keluarga yang jauh,
"Grup Whatsapp, Ma."

Mama tambah bingung, jadi saya jelasin dengan kasih liat foto yang ada di grup kami, yang isinya foto masa kecil sepupu saya; foto tanaman; foto perayaan, entah perkawinan, wisuda, ulang tahun, atau hari raya; berita; tips2 kesehatan; renungan. Nah bagian terakhir sering saya skip :P

Nah jadi, saudara kita kirim gambar ke grup, jadi kita tau, Ma, kabar2nya.

Setelah itu, saya kirim pesan suara ke keponakan saya

"Cel, maen yu..."
"Aaayo...", jawabnya, disusul
"Suk pake apa?", lalu
"Temenan ya, Suk..."

Saya ajak mama saya coba kirim pesan suara

"Nih, Unang pencet dulu baru mama ngomong."
Mama ngomong
"Cel, lagi apa lu? Besok Wa kesono ya..."

Dua menit kemudian,

"BO.. LEH, KOQ", jawab cucunya.

Mama agak nyengir, seneng pesan suaranya dibalas
"Lucu ya sualanya."

Mama tumbuh di masa awal kemerdekaan dan alat komunikasi terbaik untuk berhubungan dengan yang jauh adalah telepon. Teknologi yang saya tunjukkan ke mama bisa dibilang membingungkan baginya.

Untuk urusan teknologi komunikasi, kami memang ketinggalan jauh. Kami baru punya telepon rumah saat saya SMP akhir, dan betapa bangganya kami bisa pesan makanan lewat telepon.

Telepon, buku telepon dan tembok pasti letaknya berdekatan. Nomer telepon dengan tulisan ditekan, penulisan nama dengan aksara Mandarin. Hanya mama yang tahu nama kontak yang ada di buku dan tembok sekitar telepon. Dengan modal kontak itu, mama berkomunikasi dengan teman2nya yang beberapa sudah tiada.

Kini mama punya telepon genggam yang setiap hari dikirimi pesan iklan konten operator, iklan pinjaman, atau ucapan selamat yang salah alamat. Tidak pernah ada yang meneleponnya, padahal dulu tiap hari ada aja obrolan yang ngajak mama pergi ataupun curhat, atau minjem uang.

Melihat mama yang tidak berdaya mengikuti perkembangan teknologi komunikasi, saya memahami bahwa,

Walau mama tidak bisa pakai aplikasi, mama masih bisa pakai kasih.
Walau mama tidak punya media sosial untuk cari perhatian, mama selalu bisa beri perhatian.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mama kenalan sama WhatsApp"

Post a Comment